PKS Kepri - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyatakan bahwa potensi kecurangan
dalam pemilihan umum (pemilu) masih mungkin terjadi walau celahnya
semakin sempit.Untuk mengantisipasi hal itu, PKS telah menyiapkan sistem teknologi informasi (TI) yang melibatkan sejumlah relawan.
Menurut Ketua Tim Pemenangan Pemilu PKS, Syahfan Badri Sampurno, kecurangan yang laten adalah money politics dan intimidasi terhadap masyarakat untuk memilih calon tertentu.
Untuk intimidasi, biasanya dilakukan oleh oknum kepala daerah yang
mengarahkan aparat birokrasi dan keluarganya untuk memilih calon
tertentu.
Untungnya, belakangan kelompok kerja (pokja) Penegakan Hukum PKS
memiliki concern yang baik soal kedua isu kecurangan itu. Kapolri bahkan
secara tegas sudah mengingatkan jajarannya agar memasang telinga dan
mata untuk mencegahnya.
Di sisi lain, PKS sendiri rajin mengkampanyekan ke masyarakat untuk
menolak money politics. Slogan semacam 'ambil duitnya jangan pilih
calonnya' makin dimasifkan.
"Kami memilih untuk melakukan pendidikan politik, memberitahu masyarakat bahwa negara tak akan maju karena money politics dalam pemilu," kata Syahfan di Jakarta, Selasa (18/3).
Potensi kecurangan pemilu lainnya pada proses penghitungan suara. Dia
mengatakan, banyaknya jumlah parpol di pemilu sebelumnya membuat proses
pemantauan suara menjadi lebih sulit. Untungnya, jumlah parpol kini
semakin sedikit sehingga memantau pergerakan suara di TPS lebih mudah.
"Jadi secara teknis, akan semakin sulit melakukan kecurangan itu
dibanding pemilu sebelumnya, walau celah itu masih ada," kata Syafwan.
Mengatasi persoalan tersebut, PKS membentuk Pusat Tabulasi Nasional
yang memperkerjakan relawan untuk mengumpulkan data hingga memasukkan
data ke pusat data.
Cara kerjanya, para saksi akan bekerja layaknya penyelenggara pemilu.
Setelah mendapatkan perolehan suara di tempat pemungutan suara (TPS),
relawan diwajibkan segera mengirimkan jumlah perolehan suara ke pusat
data. Setelah itu, formulir C1 dibawa untuk dipindai, dan datanya segera
dikirimkan untuk disimpan oleh pusat data.
Dengan demikian, kecurangan dengan merubah formulir C1 akan bisa
teridentifikasi dengan cepat. Dengan cara itu, kata dia, PKS bahkan
memprediksi sudah bisa mengetahui siapa saja caleg yang lolos pada H+5.
"Masalahnya kita butuh sumber daya. Untuk itu, kami sedang membangun
aliansi strategis dengan parpol yang satu ide dengan kami," tukas
Syahfan.
Lebih jauh, dia mengatakan bahwa apa yang dilakukan PKS itu sekaligus ingin menunjukkan contoh kepada pemerintah dan penyelenggara pemilu.[beritasatu.com]
Posting Komentar