Tak seperti biasa, sebuah hasil survey
politik tak mendapat pemberitaan massif dari media massa. Padahal, riset
dilakukan lembaga kredibel dan menghasilkan hal teramat penting bagi perjalanan
masa depan demokrasi di Indonesia. Penasaran?
Survey dilakukan oleh Indikator Politik
Indonesia. Lembaga yang dipimpin oleh Burhanuddin Muhtadi itu meneliti perilaku
politik uang massa partai. Survei dilakukan di 39 dapil di daerah Jawa, Sumatera Utara, dan
Sulawesi dilakukan Indikator pada September-Oktober 2013.
Dengan jumlah sampel
di setiap dapil sebanyak 400 orang. Sementara survei nasional dilakukan pada
bulan Maret 2013. Dengan jumlah sampel 1.200 orang yang dipilih secara acak
denganmargin of error sebesar 2.9 persen. Profil demografi responden terdiri
dari 50 persen wanita dan 50 persen laki-laki. Dengan domisili di pedesaan
(50.4 persen), dan perkotaan (49.6 persen).
Hasilnya:
kecenderungan menerima politik uang tertinggi massa PKB (47 persen). Terendah,
massa pemilih PKS (36 persen)," kata Direktur Eksekutif Indokator,
Burhanuddin Muhtadi, di Jakarta, Kamis (12/12).
Dibawah PKB, berturut-turut
massa partai yang cenderung menerima politik uang adalah PDIP (46%), Nasdem
(46%), Gerindra (46%), PPP (43%), Hanura (42%), Demokrat (39%), Golkar (39%),
dan PAN (38%).
Mengapa politik uang bisa terjadi? Menurut
Burhanuddin Muhtadi mengungkap karena Pemilih tidak memiliki kedekatan secara psikologis
dengan partai politik atau Party ID. Akibatnya pemilih kemudian melakukan
relasi transaksional dengan partai politik. Pemilih menjadikan politik uang dan
pendekatan kampanye yang bersifat partikularistik sebagai kompensasi kepada
partai politik.
Party ID yang rendah disebabkan karena
buruknya kinerja partai politik dalam membangun hubungan dengan massa
pemilihnya. Jika partai politik tak
berbenah, lanjut Burhan, maka pemilih makin menjauhi partai dan biaya politik
makin mahal karena pemilih cenderung memakai pendekatan transaksional dengan
partai.
Survey yang sangat menarik ini sayangnya
tidak mendapat perhatian besar dari banyak kalangan terutama media massa.
Mungkin karena PKS diuntungkan dari hasil survey tersebut sehingga mereka
enggan mengangkat ini menjadi berita massif.
Padahal jika mau jujur, hasil
survey tersebut menjadi cermin dari wajah masa depan demokrasi di Indonesia.
Selama ini deretan panjang keluhan terhadap
pelaksanaan demokrasi di Tanah Air sering dilontarkan banyak pihak. Demokrasi
kita mahal; demokrasi kita tak berkualitas, demokrasi kita buruk, demokrasi
kita buang-buang uang; demokrasi kita di simpang jalan, dan sebagainya. Daftar
panjang keluhan tersebut seharusnya terhenti saat kita membaca hasil survey di
atas secara jujur.
Ternyata ada sebuah partai yang sejauh ini
mampu menjalankan roda organisasi kepartaiannya dengan baik dan di rel yang
benar. Ternyata ada partai yang secara sungguh-sungguh melaksanakan
fungsi-fungsi kepartaian. Ternyata ada partai yang menjadi mesin ideologi untuk
memproduk kader-kader yang resisten terhadap politik uang. Dan suka atau tidak
suka, partai itu adalah PKS.
Party ID adalah soal bagaimana sebuah
partai memiliki sistem rekrutmen, kaderisasi dan pendidikan politik yang tepat
dan optimal. Semakin bagus sistem tersebut dimiliki dan dijalankan maka semakin
tinggi tingkat Party ID. Sebaliknya pun demikian. Buruk sistem kaderisasi maka
kian rendah tingkat Party ID.
Sebenci apapun anda pada PKS, sepertinya
anda harus jujur bahwa masa depan demokrasi di Indonesia itu ada di tangan PKS.
Demokrasi menjadi murah karena tak ada politik uang. Demokrasi semakin
berkualitas karena memiliki sistem organisasi yang baik. Dan kader-kader yang
dihasilkan tak diragukan lagi karena diproduksi oleh sebuah mesin partai yang
canggih.
Contoh mutakhir adalah Pemira PKS, sebuah
cara partai ini dalam memilih capres internal untuk kemudian ditawarkan ke
publik. Tahap awal ada 22 nama, kemudian mengerucut menjadi lima nama
berdasarkan hasil Pemira. Ada Hidayat Nurwahid, Anis Matta, Ahmad Heryawan,
Tifatul Sembiring dan Nurmahmudi Ismail.
Pernahkah kita mendengar gontok-gontokan
saat Pemira berlangsung? Adakah kampanye hitam? Adakah uang mengalir ke kader?
Nihil! Yang ada justru mereka saling memuji dan mempersilakan kandidat lain
untuk maju sebagai capres.
Itulah buah dari sistem kepartaian yang
baik dan bersih. Itulah buah dari tingginya tingkat Party ID PKS dengan massa
pemilihnya. Dan buah itu tak cuma akan dirasakan oleh kader PKS tapi bangsa ini
secara keseluruhan.
Sungguh, jika semua partai bisa mengadopsi
apa yang dilakukan PKS, maka balon pesismisme yang membesar terhadap demokrasi
kita akan menciut. Dan kita tak perlu merasa malu untuk mengucapkan terimakasih
kepada PKS.
Erwyn Kurniawan
@Erwyn2002
Posting Komentar